Beberapa hari yang lalu gue bertemu dengan teman SMP yang udah berpisah lama. Kami ngobrol tentang kenangan-kenangan selama masih sekolah bareng, Ditengah-tengah obrolan kami dia bilang kalau ayahnya sekarang jadi sering sakit-sakitan, dia sibuk ngurus ini dan itu menggantikan ayahnya.
“Jadi bokap lo sering dirawat di rumah sakit?” tanya gue peduli.
“Jarang sih, dia nolak terus kalo disuruh kerumah sakit. Katanya cuma sakit biasa efek udah tua” jawabnya. Gue menganggukkan kepala.
“Jadi bokap lo sering dirawat di rumah sakit?” tanya gue peduli.
“Jarang sih, dia nolak terus kalo disuruh kerumah sakit. Katanya cuma sakit biasa efek udah tua” jawabnya. Gue menganggukkan kepala.
Semenjak pertemuan itu gue jadi kepikiran ayah. Ayah itu adalah orang yang paling gue sayang di dunia ini, walaupun beberapa tahun terakhir ini kami jarang bertemu. Gue tau pengorbanan ayah selama ini sangat besar untuk anak-anaknya, rela kerja keras banting tulang setiap hari tanpa kenal lelah hanya untuk melihat kami bahagia atau sekedar ingin jadi sosok ayah yang bisa jadi kebanggaan bagi anak-anaknya.
Ayah adalah inspirasi. Dia mengajarkan gue apa arti dari sebuah tanggung jawab. Selalu memperingatkan gue ketika melakukan kesalahan sekecil apapun, karena dia sangat sayang pada anak-anaknya. Ayah rela mengabaikan rasa lapar asalkan anak-anaknya bisa makan kenyang, menyelimuti kami saat dia sendiri merasa kedinginan.
Ayah mengajarkan gue apa arti kemandirian. Sedari kecil ayah selalu menerapkan peraturan yang mengharuskan anak-anaknya melakukan sesuatu sendiri. Sehabis makan dia selalu mendampingi anak-anaknya mencuci piring masing-masing, menemani anak-anaknya mencuci seragam sekolah setiap akhir pekan, dan ada disaat kami membereskan kamar yang berantakan. Biasanya setelah selesai melakukan tugas kami masing-masing, ayah akan memberikan sebuah hadiah kecil atau hanya sekedar mengajak kami jalan-jalan ke pantai. Karena itu gue semangat melakukan semuanya. Selain itu ayah juga pintar masak, dia bisa masak makanan apapun dan rasanya nggak kalah enak dengan masakan mamah. Sebagai anak laki-laki gue juga diajarkan masak, katanya supaya bisa menjadi bekal gue membujang kelak.
Ayah adalah orang yang sangat disiplin dan tepat waktu, dia berfikiran bahwa waktu itu sangatlah penting. Ayah memiliki sebuah jam kebanggaan keluaran tahun 1980’an, jam itu selalu dikenakannya kemanapun dia pergi, walaupun jam tua tersebut sudah sering macet. Ayah bilang kalau itu adalah hasil pencapaian terbaiknya waktu muda dulu. Tapi sekarang jam kebanggaannya sudah rusak, gue melihat ayah dengan sedihnya menyimpan jam itu kedalam sebuah kotak berwarna cokelat, seakan-akan baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berarti baginya.
Gue ingat beberapa tahun lalu disaat mamah dan adik-adik sedang nonton TV di ruang keluarga, sedangkan gue dengan ayah duduk di beranda rumah sambal bermain gitar dan bernyanyi lagu-lagu The Beatles favoritnya sampai larut malam. Gue kagum dengan kelincahan ayah memainkan senar gitar dan mendengarnya menyanyikan lagu dengan suara lantang dan merdu. Kalau udah capek nyanyi bareng kami bakal ngobrol tentang apa saja. Waktu itu ayah pernah bilang:
“Ayah hidup udah ngga lama lagi. Tapi ayah ingin melihat kamu sukses dan berguna untuk orang lain. Jangan pernah meninggalkan ibadah dalam situasi apapun dan belajarlah menghargai waktu”
Sebagai anak SMP gue masih belum tau arti dari kata-kata tersebut. Tapi gue masih ingat betul ekspresi ayah saat mengatakannya, raut wajahnya seakan-akan penuh harap gue benar-benar harus jadi orang sukses. Memang, semua kakak-kakak gue ngga ada yang memiliki jenjang pendidikan tinggi, hanya sebatas SMP dan SMA. Karena itulah ayah menyimpan harapan kepada gue.
Dulu gue suka malu kalau ayah selalu membangga-banggakan gue di hadapan semua temen-temennya karena prestasi-prestasi kecil yang gue lakukan. Tapi sekarang kenangan itulah yang membuat gue senang, seenggaknya ada hal yang bisa dibanggakan dari gue bagi dia. Tapi gue akan buktikan sama ayah kalau gue bukanlah anak yang sembarangan, gue akan jadi anak yang bisa selalu ia banggakan kepada orang lain dengan segala prestasi-prestasi gue.
Dan berhubung tanggal 12 November kelak adalah hari ayah, gue punya keinginan untuk memberikannya hadiah sebuah jam tangan . Gue ingin ayah melihat gue sukses dengan mengenakan jam hadiah itu, gue ingin ayah merasa bangga dengan pencapaian hasil usaha gue. Gue janji akan bersungguh-sungguh saat kuliah kelak dan nggak akan membuat ayah kecewa. Walaupun masih sangat lama, tapi gue berharap ayah berada di barisan paling depan saat acara pengumuman kelulusan, melihat gue membacakan pidato karena terpilih sebagai mahasiswa lulusan terbaik. Gue akan belajar dengan giat dan membuktikan pada ayah kalau gue bisa menjadi apa yang dia inginkan dan membuktikan kalau dia nggak salah menaruh harapannya kepada gue. Hingga suatu saat ayah menyadari kalau jam tangan itu adalah bukti dari pencapaian terbaik gue buat ayah, menjadi jam tangan kebanggaannya, dan selalu ia kenakan sampai kapanpun.
“Ayah, tunggu aku sukses”
numpang promote ya min ^^
ReplyDeletebosan tidak tahu harus mengerjakan apa ^^
daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||